Friday, June 27, 2014

#WeeklyStory: Menghipnosis Anak


Hari Kamis, 26 Juni 2014 lalu saya mendapatkan kesempatan untuk bermain sulap di depan puluhan anak-anak usia 5-6 tahun dalam rangka penerimaan siswa baru sebuah MI di daerah saya. Ketika saya mempersiapkan beberapa trik sulap untuk acara tersebut sama sekali tidak terlintas di benak saya untuk melakukan aksi hipnosis, karena yang terpikir oleh saya saat itu adalah anak-anak sulit untuk dihipnosis. Bahkan mungkin akan lebih sulit dari orang dewasa.

Tetapi tiba-tiba saya mengingat tentang apa yang saya tuliskan di artikel tentang area kritik beberapa waktu yang lalu, yang mengatakan bahwa "area kritik seseorang baru akan mulai terbentuk ketika umur 8-10 tahun." Saya kemudian mulai berpikir dan menyadari. Berarti ketika seorang anak sedang memasuki usia-usia tersebut atau masih di bawah usia tersebut, area kritik seorang anak masih belum terbentuk atau bahkan sedang dalam tahap pembentukan. Mungkin seperti itu, tetapi saya sendiri masih belum mengetahui fakta sebenarnya. 

Seusai pertunjukan, saya keluar dari ruangan. Di luar ruangan, tanpa saya duga anak-anak yang sedari tadi menyaksikan pertunjukan saya dari luar ruangan sudah menanti saya dan ingin menyaksikan lagi permainan sulap saya. Saya pun akhirnya memainkan beberapa trik sulap. Kemudian hati kecil saya mulai bergejolak sangat ingin mencoba menghipnosis salah satu atau beberapa anak yang ada di sekeliling saya. Saat itu kurang lebih ada 10-15 anak. Usia mereka berkisar antara 10-12 tahun (perkiraan saya). Saya pun mulai melakukan beberapa tes untuk mengetahui seberapa baik tingkat penerimaan sugesti mereka. Dan tanpa saya duga lagi, ternyata hampir semuanya memiliki tingkat penerimaan sugesti yang baik. "Luar biasa!" Itu adalah dua kata yang terucap di dalam hati saya. 

Beberapa saat kemudian saya pun mencoba memberikan sugesti kepada salah seorang anak, tetapi tanpa membuat si anak memasuki kondisi trance (tidur hipnosis) yang sebenarnya. Saat itu saya kurang yakin untuk memasukkan si anak ke dalam kondisi hipnosis, karena yang saya takutkan adalah ketika nanti mungkin ada guru yang menyaksikan aksi saya dia mungkin akan berprasangka buruk dengan apa yang saya lakukan. Tetapi, lagi-lagi di luar dugaan saya. Dengan kalimat sugesti yang sangat sederhana dan tanpa proses induksi, ternyata sugesti yang saya berikan kepada si anak, berhasil!

"Sekarang tutup mata kamu sebentar. Nanti waktu saya pegang telinga sebelah kiri kamu seperti ini (sambil memegang telinga kirinya), kamu lupa dengan angka tujuh. Apa sekarang kamu sudah lupa dengan angka tujuh? (dia mengangguk)." Saya pun sempat tidak percaya ketika dia mengangguk. Lalu saya minta dia untuk membuka mata, dan ternyata dia benar-benar lupa dengan angka tujuh. Awalnya saya tidak yakin, lalu saya coba beberapa sugesti sederhana lainnya. Dan ternyata berhasil! Ketika saya minta dia untuk kembali seperti semula pun dia lupa dengan apa yang baru saja dia lakukan. Ini sungguh di luar dugaan saya. 

Saya masih merasa pengetahuan saya dalam seni hipnosis masih sangat kurang, tetapi pengalaman saya yang satu ini membuat saya banyak belajar. Jujur saja saya belum pernah membaca buku atau artikel tentang menghipnosis anak. Tetapi setelah mengalami pengalaman tersebut, saya akan tarik kesimpulan (tetapi mungkin ini hanya opini saya, karena saya belum mengetahui fakta sebenarnya). Mungkin benar adanya area kritik anak yang saya hipnosis tadi masih belum terbentuk, atau sudah terbentuk tetapi fungsinya sebagai filter pikiran masih belum bekerja secara maksimal layaknya orang dewasa. Ketika area kritik belum terbentuk atau fungsinya masih belum maksimal, tentu saja informasi akan lebih mudah masuk ke pikiran bawah sadar. Jadi, anak-anak sebenarnya berpotensi sangat mudah dihipnosis, walaupun mungkin masih cukup sulit untuk bisa memasuki kondisi hipnosis yang sama seperti orang dewasa. 

Menurut saya, yang mempengaruhi bisa atau tidaknya seorang anak dihipnosis adalah "bahasa yang kita gunakan." Mungkin si anak yang saya hipnosis bisa memahami dengan baik bahasa yang saya gunakan. Tetapi jika anak tidak memahaminya, saya yakin pasti hipnosis akan gagal. Jadi, ternyata gaya bahasa kita lah yang mempengaruhi bisa atau tidaknya seorang anak kecil dihipnosis. 

Nah, itu tadi adalah sedikit cerita pengalaman saya ketika menghipnosis anak-anak. Jika Anda memiliki saran atau pengalaman yang sama tentang proses menghipnosis anak, Anda bisa menghubungi saya di sini. (bds.)


EmoticonEmoticon