Sunday, September 21, 2014

Lintas Imaji Bersama Romy Rafael di Net TV


Setelah cukup lama tidak muncul di acara-acara televisi, sang master hipnotis, Romy Rafael kini kembali menghiasi layar televisi dengan acara terbarunya, Lintas Imaji. Master hipnotis yang beberapa waktu lalu membuat sebuah metode bernama hypno-gym ini masih mengusung tema hipnosis sebagai latar belakang acara terbarunya tersebut.

Acara ini dikemas seperti acara televisi yang dibawakan oleh Derren Brown, seorang mentalist asal Inggris. Lintas Imaji mulai tayang di saluran Net TV hari Sabtu malam lalu pukul 23.30. Pada episode perdana, Romy Rafael mencoba bermain-main dengan pikiran bawah sadar dua orang bintang tamunya, Barli Asmara seorang fashion designer dan Zoya Amirin seorang psikolog seks.

Barli Asmara (kiri) dan Romy Rafael (kanan).

Romy Rafael berhasil memengaruhi pikiran sang fashion designer dengan memberikan sugesti tersembunyi di pikiran Barli yang dilakukan Romy sepanjang perjalanannya ke studio Net TV. Barli disediakan sebuah gambar anak kecil yang sedang memegang balon, kemudian ia diberikan enam spidol dengan warna yang berbeda dan diminta untuk mewarnai gambar anak kecil tersebut sesuai dengan keinginannya. Dan ternyata apa yang dilakukannya tersebut telah diprediksikan oleh Romy di dalam sebuah amplop yang sejak awal diduduki oleh Barli Asmara..

Zoya Amirin pun dibuat membisu dengan apa yang dilakukan oleh Romy terhadapnya. Romy memberikan foto seorang pria yang sudah cukup berumur kepada Zoya. Kemudian Romy meminta Zoya untuk merasakan empati terhadap orang yang ada di foto tersebut. Zoya diminta untuk menebak jumlah anak orang tersebut, menebak jam, tanggal, dan tahun. Dan ternyata foto tersebut adalah foto ayahanda Romy Rafael yang meninggal dua tahun lalu. Luar biasanya, apa yang ditebak oleh Zoya Amirin ternyata sangat tepat dengan fakta-fakta tentang ayahanda Romy Rafael.

Nah, bagi Anda yang menyukai hipnotisme ataupun seni mentalism, sepertinya acara ini sangat bagus untuk menjadi salah satu daftar acara yang harus Anda saksikan. Selain bisa mengedukasi tentang pikiran bawah sadar, permainan-permainan yang dilakukan oleh Romy Rafael mungkin juga bisa menginspirasi Anda sebagai seorang hipnotis atau mentalist, untuk bisa membuat sebuah permainan baru seperti apa yang dilakukan oleh Romy Rafael. 

Acara Lintas Imaji tayang setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 23.30 di saluran Net TV. (bds.)

Saturday, September 13, 2014

#WeeklyStory: Kesal!


Kali ini saya tidak akan menuliskan artikel yang panjang lebar, karena pembahasan yang akan saya angkat ini tidaklah terlalu penting untuk dipanjang lebarkan. Artikel ini saya tulis untuk mengekspresikan kekesalan saya terhadap orang-orang yang dengan mudahnya memberi cap negatif terhadap hipnosis dan sulap. 

Bagi saya, salah satu alasan saya sangat sangat ngotot untuk mengenalkan seni sulap dan hipnosis kepada masyarakat adalah karena orang-orang tersebut. Mereka seolah-olah terhipnotis oleh pemberitaan yang beredar. Bayangkan saja, tanpa mau tahu tentang apa itu hipnosis dan sulap mereka mengatakan bahwa sulap itu gaib, menggunakan bantuan jin, setan, siluman, hipnotis itu kriminal, bahaya, jangan mau ikut pelatihan hipnotis, dan sebagainya. 

Darimana mereka mendapatkan informasi seperti itu? Terjawab sudah. Kebanyakan dari mereka menerima informasi tersebut karena pemberitaan media yang sudah ditanggapi dengan "salah kaprah" yang amat parah dan juga biasanya mereka juga mendapatkan informasi dari teman, sahabat, tetangga, bahkan dari orang yang tidak dikenal.

Setiap harinya saya cukup sering menemui orang yang memiliki anggapan seperti itu. Hal tersebut membuat saya semakin bersemangat dan tertantang untuk terus melanjutkan perjuangan saya membuktikan kepada masyarakat bahwa hipnosis dan sulap adalah hal yang jauh lebih baik dan banyak memiliki manfaat. 

Sekarang begini saja, jika Anda mendengar informasi dari mulut ke mulut dan Anda langsung percaya saja tanpa mencari fakta sebenarnya tentang informasi tersebut. Jika dianalogikan berarti seolah-olah Anda telah memakan makanan yang sudah dicerna oleh orang lain. Bahkan terkadang orang yang memberikan informasi kepada Anda tersebut sudah menambahkan "bumbu" yang sebenarnya tidak perlu ditambahkan, ke dalam informasi yang diberikan kepada Anda supaya menjadi lebih "pedas."

Pernahkah Anda membaca buku tentang hipnosis atau sulap? Anda tahu sejarah kedua ilmu tersebut? Gunakan logika berpikir Anda. Jangan sampai Anda seolah-olah terbodohi oleh lingkungan Anda. Jika Anda mendengar berita, atau membaca berita yang berisi informasi "jelek" tentang hipnosis atau sulap. Jangan terlalu cepat ambil kesimpulan. Tanyakan kepada yang lebih ahli, baca informasi yang lebih terpercaya. Jadilah orang yang bijak dalam berpendapat. (bds.)

Thursday, August 14, 2014

Formal & Informal Hypnosis


Pada artikel kali ini saya akan memberikan pengetahuan singkat kepada Anda para pembaca tentang perbedaan formal hypnosis dan informal hypnosis. Setelah mengetahui perbedaan formal hypnosis dan informal hypnosis, Anda pasti akan mengerti perbedaan-perbedaan kategori hipnosis. Termasuk kategori yang manakah hipnosis yang sering Anda saksikan di televisi, dan termasuk kategori manakah hipnosis yang digunakan untuk terapi atau yang disebut dengan hipnoterapi. Hipnosis dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu formal hypnosis dan informal hypnosis. Loh, lalu apakah jenis-jenis hipnosis seperti stage hypnosis, hypnotherapy, hypno-parenting, hypno-selling, dsb bukan termasuk kategori hipnosis? Tunggu dulu, mari kita lanjutkan penjelasannya.

Formal Hypnosis
Formal hypnosis atau yang juga disebut dengan direct hypnosis atau juga genuine hypnosis adalah proses hipnosis yang digambarkan dengan teknik yang formal. Berurutan sesuai dengan "panduan" tata cara menghipnosis seseorang. Dimulai dari proses pra induksi, induksi, deepening, depth level test, sugesti, dan terminasi. Praktik formal hypnosis biasanya identik dengan lambaian tangan, ayunan pendulum, atau memandu seseorang menuju ke kondisi rileks. Pada umumnya semua orang yang belajar hipnosis adalah mempelajari formal hypnosis. Jadi, pertunjukkan stage hypnosis yang biasa Anda saksikan di televisi adalah salah satu bagian dari kategori formal hypnosis, karena prosesnya sangat berurutan.

Informal Hypnosis
Informal hypnosis atau indirect hypnosis adalah proses hipnosis yang biasanya terjadi menggunakan pola komunikasi alamiah yang ada di kehidupan sehari-hari. Namun demikian, proses informal hypnosis tetap bisa membuat filter atau area kritik seseorang terbuka. Teknik informal hypnosis ini biasanya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam komunikasi yang tidak formal. Misalnya ketika seseorang sedang melakukan transaksi jual beli, ketika orang tua sedang menasihati anaknya, atau seorang guru yang sedang mengajar para siswanya. Jadi, proses atau tahapan-tahapan hipnosis dalam informal hypnosis seolah-olah tersembunyi dalam kalimat-kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi tersebut. Jenis hipnosis yang masuk dalam kategori informal hypnosis antara lain hypnotherapy, hypno-parenting, hypno-selling, hypno-teaching, dsb.

Sampai di sini apakah ada pertanyaan? Saya harap penjelasan singkat saya tadi sudah cukup untuk membuat Anda paham perbedaan formal hypnosis dan informal hypnosis. Jadi, formal hypnosis dan informal hypnosis adalah dua kategori besar dalam hipnosis. Sedangkan stage hypnosis, hypnotherapy, hypno-parenting, hypno-selling, hypno-teaching, dsb hanyalah aplikasi hipnosis yang menjadi bagian dari formal hypnosis dan informal hypnosis. (bds.)

Thursday, August 7, 2014

Mengapa Hipnosis Jarang Dipertandingkan?


Mengapa hipnosis jarang dipertandingkan dalam sebuah kompetisi? Pertanyaan ini mungkin masih menjadi misteri bagi beberapa orang termasuk para praktisi hipnosis yang mungkin masih baru dalam dunia hipnosis. Saya pun demikian, saya termasuk orang yang dulu sering bertanya kepada teman-teman praktisi yang lain mengapa hipnosis jarang dipertandingkan dalam sebuah kompetisi seperti layaknya seni sulap. Tetapi sekarang saya mulai bisa menemukan jawabannya, mengapa hipnosis jarang dipertandingkan dalam sebuah kompetisi. 

Di sini saya mengatakan bahwa hipnosis jarang dipertandingkan, bukan berarti tidak pernah. Dalam beberapa kompetisi sulap, hipnosis sering dimasukkan sebagai salah satu kategori yang diperbolehkan dalam kompetisi tersebut. Walaupun sebenarnya hipnosis bukanlah salah satu dari kategori atau cabang aliran sulap. Seperti yang dulu pernah saya jelaskan pada artikel  "Apakah Hipnosis Termasuk Kategori Sulap?" bahwa hipnosis bukanlah salah satu kategori sulap, melainkan hipnosis adalah ilmu yang berdiri sendiri dan basic hipnosis pun sangat dengan sulap. Hipnosis terkadang menjadi bagian dari efek yang ditimbulkan dalam seni mentalism, dimana mentalism merupakan salah satu dari kategori sulap. Jadi, yang menjadi kategori sulap dalam kasus ini adalah mentalism, bukan hipnosis.
Dalam kompetisi-kompetisi sulap, hipnosis memang sering dimasukkan dalam kategori yang dipertandingkan. Tetapi biasanya jumlah hipnotis tidak sebanyak kategori lain seperti classic magician, illusionist, atau mentalist. Di ajang kompetisi sulap The Master Season 4 yang tayang di RCTI pun pernah ada salah satu peserta yang memainkan stage hypnosis, dia adalah "Lady Hypnotist" Jeva. Bahkan salah satu jurinya pun adalah seorang Master Hypnotist, Master Romy Rafael. Kemudian seiring berjalannya waktu, stage hypnosis mulai mendapatkan tempat di hati penonton. Master Deddy Corbuzier pun pernah beberapa kali melakukan aksi stage hypnosis di acara The Next Mentalist yang ditayangkan Trans 7 beberapa bulan yang lalu.

Video pertunjukan stage hypnosis Jeva, The Master Season 4.

Menurut saya, ada beberapa alasan mengapa stage hypnosis jarang dipertandingan dalam sebuah kompetisi. Terutama kompetisi khusus untuk para stage hypnotist. Pertama adalah faktor penonton. Seorang stage hypnotist membutuhkan penonton dengan sugestibilitas yang sangat baik agar pertunjukannya bisa berjalan dengan baik. Bagi Anda yang belum mengetahui apa itu "sugestibilitas", Anda bisa membaca penjelasan singkatnya terlebih dahulu pada artikel "Nggak Semua Orang Mudah Dihipnosis!". Bayangkan jika dalam suatu kompetisi ada 10 orang stage hypnotist, dan masing-masing dari mereka membutuhkan 10 sukarelawan dengan sugestibilitas baik. Jika stage hypnotist tersebut menginginkan sukarelawan yang berbeda-beda di masing-masing pertunjukan mereka, berarti HARUS ada 100 orang sukarelawan yang memiliki sugestibilitas baik. Tetapi, apakah semudah itu menemukan orang-orang yang memiliki sugestibilitas baik di tengah kerumunan penonton? Tentu saja bukan hal yang mudah. Nah, mungkin hal ini menjadi salah satu kendala mengapa sangat jarang ada kompetisi khusus untuk kategori stage hypnosis.

Kemudian alasan selanjutnya adalah waktu. Dalam pertunjukan sulap, seorang pesulap mungkin tidak akan keberatan jika diberikan waktu tampil hanya 4 menit atau 5 menit untuk sebuah pertunjukan yang utuh dan menghibur. Tetapi bagi seorang stage hypnotist, waktu 4 - 5 menit adalah waktu yang terlalu singkat. Jika saya diminta untuk melakukan pertunjukan stage hypnosis dalam waktu sesingkat itu, saya pasti tidak akan bersedia. Apalagi jika saya harus melakukannya tanpa "persiapan" terlebih dahulu di belakang panggung dan harus memilih penonton secara dadakan. Tentu saja hal tersebut tentu akan sangat menyulitkan. Durasi minimal untuk sebuah pertunjukan stage hypnosis yang utuh dan menghibur menurut saya adalah 15-20 menit. Jika dalam sebuah kompetisi stage hypnosis ada 10 orang peserta, dan masing-masing peserta diberi waktu 20 menit, maka durasi minimal acara tersebut adalah 200 menit. Belum lagi ditambah dengan "dan lain lainnya." Apakah dengan waktu selama itu bisa penonton bisa bertahan untuk tetap duduk dan menyaksikan pertarungan antar pesertanya sampai selesai?

Alasan terakhir adalah, penonton bisa sangat bosan dan jenuh ketika rutin atau permainan yang dibawakan oleh masing-masing peserta hanya itu-itu saja. Beberapa sukarelawan dari penonton naik ke atas panggung, dihipnosis, kemudian mereka melakukan hal-hal yang lucu, aneh, ekstrim, dan sebagainya sesuai dengan yang disugestikan oleh hipnotis. Kemudian mereka disadarkan lagi seperti semula, lalu kembali lagi ke bangku penonton. Jika hanya satu atau dua penampil, mungkin tidak masalah. Tetapi jika 10 orang peserta melakukan hal yang sama, apa yang akan terjadi? Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menyaksikan pertunjukan seperti itu? Mungkin Anda bosan, tidur di tempat duduk Anda, atau bahkan lebih baik pulang.

Tetapi diluar dari alasan-alasan tadi, bukan berarti tidak memungkinkan untuk membuat sebuah kompetisi khusus stage hypnosis. Semua sangat memungkinkan, apabila kita bisa membuatnya menjadi sebuah pertunjukan hipnosis yang berbeda dari yang sudah sering ada di televisi dan juga lebih variatif lagi. Walaupun pada dasarnya hipnosis digunakan untuk terapi, tetapi hipnosis sebenarnya sangat berpotensi untuk menjadi seni pertunjukan besar layaknya seni sulap dan juga seni pertunjukan lainnya, jika kita sebagai praktisinya bisa mengemasnya dengan sangat baik. (bds.)

Friday, July 25, 2014

#WeeklyStory: Lautan Lentera Magic Competition 2014


#WeeklyStory kali ini saya tidak akan menceritakan tentang pengalaman saya menghipnosis orang, tetapi saya akan menceritakan pengalaman saya ketika mengikuti sebuah kompetisi sulap. Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Minggu, 20 Juli 2014 saya mencoba mencari pengalaman baru dengan mengikuti sebuah kompetisi sulap di Lautan Lentera Magic Competition 2014 yang diadakan di arena Festival Lampion-PRPP, Semarang. 

Jujur saat itu adalah saat pertama saya berada di atas panggung dengan atmosfer kompetisi yang sangat panas. Pertama kali juga berada di atas panggung bersama pesulap-pesulap hebat. Dan tentunya semua peserta berambisi untuk menjadi yang terbaik di kompetisi tersebut. Pada kompetisi tersebut saya sempat bingung kategori apa yang harus saya pilih. Apakah saya akan menjadi seorang hipnotis ataukah mentalis. Dan akhirnya saya memutuskan untuk menjadi mentalis pada kompetisi tersebut. Ada beberapa hal yang membuat saya tidak memilih hipnotis untuk mengikuti kompetisi tersebut. Dan terbukti di kompetisi tersebut hanya ada satu orang hipnotis. Hal ini akan saya bahas di artikel selanjutnya.

Kemudian dalam waktu kurang dari satu minggu saya mempersiapkan sebuah konsep permainan mentalism dengan durasi tujuh menit. Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kakak Indra Frenos (@IndraFrenos) yang telah banyak menginspirasi saya dalam pembuatan konsep permainan saya. Beberapa hari pun berlalu hingga akhirnya sampai juga pada hari H.

Di hari sebelumnya (Sabtu, 19 Juli 2014) 11 pesulap dari kota Semarang telah menunjukan kehebatan mereka. Dan pada hari selanjutnya (Minggu, 20 Juli 2014) giliran 9 pesulap dari luar kota Semarang yang beraksi. Berangkat dengan penuh kepercayaan diri saya sama sekali tidak merasa minder siapapun  saingannya. Ya, harusnya semua orang memiliki mindset seperti itu ketika akan mengikuti sebuah kompetisi. Merasa minder justru akan membunuh mental kita sendiri. So, woles saja lah.

Persiapan sebelum naik panggung.

Saya kebetulan mendapatkan nomor urut tampil ke-7, dan waktunya sudah cukup malam. Hal-hal tidak terduga mulai terjadi. CD musik saya tiba-tiba tidak bisa diputar. Tetapi, alhamdulillah beberapa saat kemudian permasalahan tersebut berlalu. Kemudian tibalah giliran saya untuk menampilkan aksi saya di atas panggung. Awalnya semua berjalan lancar. Saya memilih dua orang penonton untuk naik ke atas panggung. Sambil menunggu dua orang itu naik, saya pun turun panggung untuk mencari satu sukarelawan lagi. Ketika akan kembali ke atas panggung lagi, karena saya terburu-buru saya terpeleset dan terjatuh. Sedikit malu, tapi ya sudahlah, semua telah terjadi. Hal tersebut tidak saya pikirkan. Saya pun langsung bangkit, dan sejenak saya sempat nge-blank. Saya bingung harus apa lagi setelah itu. Akhirnya sambil menahan rasa sakit, saya melanjutkan permainan saya dengan penuh percaya diri. 

Di tengah permainan saya menemui kendala baru, salah seorang penonton yang tadi saya pilih untuk naik ke atas panggung ternyata kurang memahami apa yang saya instruksikan, sehingga prediksi saya nyaris salah. Seperti biasa, jurus ngeles super saya keluarkan dan akhirnya penonton tersebut kembali ke jalur permainan saya dan prediksi saya pun tepat. Pada saat itu saya sudah tidak memperdulikan bagaimana musik pengiring saya lagi, oleh sebab itu penampilan saya terkesan sedikit datar.

Prediksi pertama berhasil. Ketika akan memperlihatkan prediksi yang kedua, tiba-tiba mikrofon saya mati. Dan karena saya mengejar durasi waktu yang hanya 7 menit itu, akhirnya saya tidak memperdulikan mikrofon tersebut dan saya berteriak-teriak seperti tarzan untuk berkomunikasi dengan penonton. Tetapi akhirnya ada bapak-bapak baik hati yang mengantarkan mikrofon baru untuk saya. Terima kasih, pak. Tanpa Anda, pita suara saya mungkin sudah kusut. Dan akhirnya prediksi kedua saya pun tepat dan penonton memberikan applause kepada saya.

Ardin Marl (kiri) & Bagas Dharma (kanan)

Saya pun kembali ke backstage, dan ketika menuruni tangga ternyata lutut saya terasa nyeri karena terjatuh tadi. Sakitnya itu di sini, di lutut. Tapi tidak apa-apa, lebih baik sakit lututnya daripada sakit hatinya. Di belakang panggung saya mencoba merenungi kesalahan saya ketika di atas panggung tadi. Pertama, saya harus belajar lebih banyak lagi tentang musik pengiring saat pertunjukan. Kedua, harus cepat karena mengejar durasi waktu bukan berarti harus terburu-buru, supaya tidak jatuh lagi. Ketiga, skrip harus hapal! Pada saat itu saya baru sadar ternyata meaning permainan lupa saya sampaikan, karena saya langsung turun panggung. Dan setelah saya sudah tidak berharap mendapat apa-apa pada kompetisi tersebut.

Bagas Dharma (kiri) & Rizuki (kanan)

Selesai merenung dan ngobrol dengan beberapa peserta lain di backstage, saya kembali ke depan panggung untuk menyaksikan teman-teman pesulap lain yang beraksi. Dan hari itu saya banyak sekali belajar dari apa yang saya saksikan dan apa yang saya alami. Pelajarannya adalah, banyak sekali. Ya, saya tidak akan ceritakan sekarang. Tetapi yang jelas pengalaman tersebut menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Tidak mendapat uang dan piala tidak apa-apa, tetapi saya berhasil membawa pulang sejuta pengalaman di sana. Dan yang paling penting adalah, saya berkesempatan untuk foto dengan kakak Rizuki (The Master Season 3), bersalaman, dan meminta tandatangannya di kartu kesayangan saya (lebay!). Dan yang paling menyedihkan adalah, video rekaman saya ketika perform secara tidak sengaja terhapus oleh tangan saya sendiri. Sangat menyedihkan. Kalau Anda ingin tahu liputan keseruan acara tersebut, anda bisa baca artikel dan tonton videonya di sini. (bds.)

Wednesday, July 16, 2014

Hipnosis, Mengendalikan atau Memengaruhi?


Seperti yang sudah pernah saya bahas pada artikel-artikel saya yang lalu, banyak orang awam yang memiliki anggapan bahwa hipnosis adalah ilmu yang digunakan untuk "mengendalikan" pikiran orang lain. Apakah benar seseorang bisa dikendalikan menggunakan hipnosis? Daripada Anda semakin bingung, saya akan mulai jelaskan.

Menurut pendapat saya pribadi selama saya mempelajari hipnosis, hipnosis merupakan ilmu atau kemampuan/keterampilan untuk memengaruhi pikiran orang lain, bukan mengendalikan. Apa perbedaan mengendalikan dan mempengaruhi? Begini, pernahkah Anda bermain mobil-mobilan yang menggunakan remote control? Ketika mobil-mobilan bergerak ke depan, ke belakang, ke kanan, dan ke kiri tanpa ada perlawanan, itulah yang dinamakan dengan mengendalikan. Jika seseorang dikendalikan, pasti secara otomatis orang tersebut akan menuruti apapun yang diminta oleh orang yang mengendalikan tanpa ada perlawanan, layaknya mobil-mobilan. Benar begitu, bukan? Tetapi pada kenyataannya, hipnosis tidaklah seperti itu. Buktinya, masih ada sugesti-sugesti yang jelas bisa ditolak atau tidak diterima oleh pikiran subyek.

Nah, sedangkan pengertian memengaruhi adalah, seseorang yang dipengaruhi masih bisa memilih untuk mengatakan YA atau TIDAK ketika diberikan instruksi atau informasi oleh orang yang memengaruhi. Contoh sederhananya seperti ini:

A: Mas, saya mau pergi ke pasar tapi motor saya lagi ada di bengkel. Kira-kira bisa nganterin saya nggak, mas? Nanti uang bensinnya saya ganti deh mas.
B: Emm... gimana ya? Sebenarnya sih saya bisa, tapi saya masih harus nyelesaikan pekerjaan saya dulu nih. Soalnya pekerjaan ini penting sekali. Lain kali saja ya, nanti biar saya carikan ojek.

Dalam cerita tersebut, B sebenarnya benar-benar sedang butuh uang. Tetapi B juga tidak bisa meninggalkan pekerajaan yang sedang dikerjakannya, karena pekerjaan tersebut jauh lebih penting. Maka, dia memiliki kesempatan untuk menerima tawaran A atau menolaknya. Benar, kan? Dan akhirnya B lebih memilih untuk menolaknya, karena pekerjaannya jauh lebih penting. Nah, seperti itulah kira-kira bagaimana proses hipnosis terjadi. 

Hipnotis (praktisi hipnosis) bisa saja memberikan "iming-iming" pada sugesti yang diberikan kepada subyek, yang mungkin bisa memberikan keuntungan kepada subyek. Tetapi jika subyek tetap menganggap iming-iming tersebut sebagai suatu hal yang tidak menguntungkan baginya, mau bagaimana lagi? Subyek memiliki kesempatan untuk mengatakan YA atau TIDAK. Dan jika hal tersebut terasa tidak terlalu menguntungkan bagi subyek, tentu subyek akan lebih memilih untuk mengatakan TIDAK.

Jadi kesimpulan dari artikel ini adalah, hipnosis hanya bisa memengaruhi pikiran seseorang. Bukan mengendalikan sepenuhnya layaknya sebuah mainan atau boneka. Apakah ada pertanyaan? Jika tidak, alhamdulillah, berarti Anda sudah semakin paham tentang apa itu hipnosis. Tetapi jika belum, Anda boleh melayangkan pertanyaan sepuasnya kepada saya melalui akun facebook atau twitter saya, atau bisa juga dengan cara mengisi form pertanyaan di halaman kontak. (bds.)