Friday, July 25, 2014

#WeeklyStory: Lautan Lentera Magic Competition 2014


#WeeklyStory kali ini saya tidak akan menceritakan tentang pengalaman saya menghipnosis orang, tetapi saya akan menceritakan pengalaman saya ketika mengikuti sebuah kompetisi sulap. Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Minggu, 20 Juli 2014 saya mencoba mencari pengalaman baru dengan mengikuti sebuah kompetisi sulap di Lautan Lentera Magic Competition 2014 yang diadakan di arena Festival Lampion-PRPP, Semarang. 

Jujur saat itu adalah saat pertama saya berada di atas panggung dengan atmosfer kompetisi yang sangat panas. Pertama kali juga berada di atas panggung bersama pesulap-pesulap hebat. Dan tentunya semua peserta berambisi untuk menjadi yang terbaik di kompetisi tersebut. Pada kompetisi tersebut saya sempat bingung kategori apa yang harus saya pilih. Apakah saya akan menjadi seorang hipnotis ataukah mentalis. Dan akhirnya saya memutuskan untuk menjadi mentalis pada kompetisi tersebut. Ada beberapa hal yang membuat saya tidak memilih hipnotis untuk mengikuti kompetisi tersebut. Dan terbukti di kompetisi tersebut hanya ada satu orang hipnotis. Hal ini akan saya bahas di artikel selanjutnya.

Kemudian dalam waktu kurang dari satu minggu saya mempersiapkan sebuah konsep permainan mentalism dengan durasi tujuh menit. Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kakak Indra Frenos (@IndraFrenos) yang telah banyak menginspirasi saya dalam pembuatan konsep permainan saya. Beberapa hari pun berlalu hingga akhirnya sampai juga pada hari H.

Di hari sebelumnya (Sabtu, 19 Juli 2014) 11 pesulap dari kota Semarang telah menunjukan kehebatan mereka. Dan pada hari selanjutnya (Minggu, 20 Juli 2014) giliran 9 pesulap dari luar kota Semarang yang beraksi. Berangkat dengan penuh kepercayaan diri saya sama sekali tidak merasa minder siapapun  saingannya. Ya, harusnya semua orang memiliki mindset seperti itu ketika akan mengikuti sebuah kompetisi. Merasa minder justru akan membunuh mental kita sendiri. So, woles saja lah.

Persiapan sebelum naik panggung.

Saya kebetulan mendapatkan nomor urut tampil ke-7, dan waktunya sudah cukup malam. Hal-hal tidak terduga mulai terjadi. CD musik saya tiba-tiba tidak bisa diputar. Tetapi, alhamdulillah beberapa saat kemudian permasalahan tersebut berlalu. Kemudian tibalah giliran saya untuk menampilkan aksi saya di atas panggung. Awalnya semua berjalan lancar. Saya memilih dua orang penonton untuk naik ke atas panggung. Sambil menunggu dua orang itu naik, saya pun turun panggung untuk mencari satu sukarelawan lagi. Ketika akan kembali ke atas panggung lagi, karena saya terburu-buru saya terpeleset dan terjatuh. Sedikit malu, tapi ya sudahlah, semua telah terjadi. Hal tersebut tidak saya pikirkan. Saya pun langsung bangkit, dan sejenak saya sempat nge-blank. Saya bingung harus apa lagi setelah itu. Akhirnya sambil menahan rasa sakit, saya melanjutkan permainan saya dengan penuh percaya diri. 

Di tengah permainan saya menemui kendala baru, salah seorang penonton yang tadi saya pilih untuk naik ke atas panggung ternyata kurang memahami apa yang saya instruksikan, sehingga prediksi saya nyaris salah. Seperti biasa, jurus ngeles super saya keluarkan dan akhirnya penonton tersebut kembali ke jalur permainan saya dan prediksi saya pun tepat. Pada saat itu saya sudah tidak memperdulikan bagaimana musik pengiring saya lagi, oleh sebab itu penampilan saya terkesan sedikit datar.

Prediksi pertama berhasil. Ketika akan memperlihatkan prediksi yang kedua, tiba-tiba mikrofon saya mati. Dan karena saya mengejar durasi waktu yang hanya 7 menit itu, akhirnya saya tidak memperdulikan mikrofon tersebut dan saya berteriak-teriak seperti tarzan untuk berkomunikasi dengan penonton. Tetapi akhirnya ada bapak-bapak baik hati yang mengantarkan mikrofon baru untuk saya. Terima kasih, pak. Tanpa Anda, pita suara saya mungkin sudah kusut. Dan akhirnya prediksi kedua saya pun tepat dan penonton memberikan applause kepada saya.

Ardin Marl (kiri) & Bagas Dharma (kanan)

Saya pun kembali ke backstage, dan ketika menuruni tangga ternyata lutut saya terasa nyeri karena terjatuh tadi. Sakitnya itu di sini, di lutut. Tapi tidak apa-apa, lebih baik sakit lututnya daripada sakit hatinya. Di belakang panggung saya mencoba merenungi kesalahan saya ketika di atas panggung tadi. Pertama, saya harus belajar lebih banyak lagi tentang musik pengiring saat pertunjukan. Kedua, harus cepat karena mengejar durasi waktu bukan berarti harus terburu-buru, supaya tidak jatuh lagi. Ketiga, skrip harus hapal! Pada saat itu saya baru sadar ternyata meaning permainan lupa saya sampaikan, karena saya langsung turun panggung. Dan setelah saya sudah tidak berharap mendapat apa-apa pada kompetisi tersebut.

Bagas Dharma (kiri) & Rizuki (kanan)

Selesai merenung dan ngobrol dengan beberapa peserta lain di backstage, saya kembali ke depan panggung untuk menyaksikan teman-teman pesulap lain yang beraksi. Dan hari itu saya banyak sekali belajar dari apa yang saya saksikan dan apa yang saya alami. Pelajarannya adalah, banyak sekali. Ya, saya tidak akan ceritakan sekarang. Tetapi yang jelas pengalaman tersebut menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Tidak mendapat uang dan piala tidak apa-apa, tetapi saya berhasil membawa pulang sejuta pengalaman di sana. Dan yang paling penting adalah, saya berkesempatan untuk foto dengan kakak Rizuki (The Master Season 3), bersalaman, dan meminta tandatangannya di kartu kesayangan saya (lebay!). Dan yang paling menyedihkan adalah, video rekaman saya ketika perform secara tidak sengaja terhapus oleh tangan saya sendiri. Sangat menyedihkan. Kalau Anda ingin tahu liputan keseruan acara tersebut, anda bisa baca artikel dan tonton videonya di sini. (bds.)


EmoticonEmoticon